SPREISHOP - Sikap investor yang semakin khawatir atas rencana pemangkasan
stimulus bank sentral Amerika Serikat membuat pelemahan rupiah kian
tertekan. Keputusan Bank Indonesia yang mempertahankan tingkat suku
bunga acuan (BI Rate) di level 7,5 persen juga menyebabkan investor
mulai mengurangi ketertarikannya terhadap portofolio berbentuk rupiah.
Di pasar mata uang, rupiah kembali bergerak melemah 83 poin (0,69
persen) ke level 12.106 per dolar Amerika Serikat.
Menurut analis dari Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, di
tengah meningkatnya spekulasi pengurangan stimulus serta keraguan
terhadap kinerja perekonomian Indonesia saat ini, investor merasa tak
menguntungkan memegang rupiah dalam waktu lama. "Konsekuensi
dipertahankannya BI Rate adalah rupiah terus melemah," ujarnya.
Menurut Lukman, meski tingkat inflasi pada November hanya berada
pada level 0,12 persen, secara akumulatif tingkat inflasi tahunan (year
on year) sudah mencapai level 8,37 persen. Jika demikian, agar instrumen
investasi tak merugi, tentu saja seharusnya BI Rate dapat mengalami
penyesuaian.
Rilis peningkatan penjualan retail di Amerika pada November
sebesar 0,7 persen membuat spekulasi pengurangan stimulus semakin kuat
dan aksi intervensi BI seperti tak memiliki arti. "Intervensi tersebut
tidak mampu menghadapi kekuatan permintaan pasar," ujar Lukman.
Bagi Lukman, ketika rupiah terus menembus level psikologis, itu
menjadi pelecut bagi BI dan pemerintah agar lebih fokus memperbaiki
kondisi fundamental perekonomian. Dirinya pun mengimbau agar pejabat
pemerintah tak mudah mengeluarkan pernyataan yang membingungkan pelaku
pasar.
Pekan depan, rupiah diperkirakan masih akan terus melemah hingga
komite federal The Fed (FOMC) bisa memastikan kejelasan stimulus.
"Rupiah bisa saja bergerak pada kisaran level 12.100-12.500 selama
sepekan ke depan,"
ujar Lukman.
Title : Posisi Rupiah Semakin Tertekan
Description : SPREISHOP - Sikap investor yang semakin khawatir atas rencana pemangkasan stimulus bank sentral Amerika Serikat membuat pelemahan rupiah k...